Beranda | Artikel
Hantu Zodiak Bergentayangan
Selasa, 15 Juni 2010

Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh

Saya seorang wanita umur 25 tahun. Saya merasa depresi dan merasa aneh pada diri saya. Mungkin karena saya mempunyai kepercayaan terhadap sesuatu yang saya sendiri tahu bahwa itu tidak baik. Hal itu berlangsung dari sebelum ngaji. Semua itu terkait kebiasaan saya percaya pada ramalan, baik tentang kesehatan atau hari baik dll. Saya percaya bahwa zodiak A rocok dengan pasangan rodiak B atau C (misalnya), dan entah kenapa hal ini semakin lama semakin terbukti kebenarannya. sehingga akhirnya saya tersugesti. tiap pilih teman atau pasangan/jodoh saya terfokus pada zodiaknya (jika tidak cocok zodiaknya maka akan ada perasaan enggan & tidak bersemangat dengannya). kepercayaan semacam ini sangat menyiksa saya, terutama saat pemilihan jodoh. Setelah saya ngaji saya sadar bahwa itu tidak baik, apalagi setelah baca buku Tauhid yang melarang percaya pada peramal.

Yang ingin saya tanyakan,

  1. Apakah sugesti/kasus tersebut termasuk syirik? Apakah bisa dikatakan bergantung pada sesuatu selain Allah?
  2. Jika dalam hati dan perkataan saya sudah menyadari dan menolak hal itu, namun dalam mengamalkannya masih terasa sulit (karena saya masih mengingatnya dan sepertinya keyakinan itu sudah mengakar/melekat erat pada pikiran). Bagaimana terapi mengatasi/menghilangkan sugesti tersebut pada jiwa ini?
  3. Adakah upaya syar’i, seperti doa/lainnya pada kasus ini?
  4. Apa yang harus saya lakukan ketika pemilihan jodoh (agar saya tidak menyisipkan sugesti tersebut)? Apakah saya tidak boleh mengetahui tanggal lahirnya atau bagaimana?
  5. Jika saya menikah dengan orang yang tidak cocok secara zodiak itu, upaya apa untuk menenteramkan hati & upaya apa untuk mencintainya?

Wassalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh

Ana

Surabaya

Ustadz Abu Umar Basyir menjawab:

Wa ‘alaikumussalam wa rahmatullahi wa barakatuh

Ukhti Ana yang saya hormati.

Sumber utama dari kebahagiaan manusia adalah keyakinannya pada nilai-nilai kebenaran, serta sikap penolakannya sepenuh hati terhadap segala yang berlawanan dengan kebenaran. Bukan kebenaran menurut anggapan kita, tapi kebenaran sejati yang Allah ajarkan kepada para nabi-Nya.

“Barangsiapa yang memusuhi Thagut dan beriman kepada Allah, berarti ia telah berpegang pada tali yang kokoh.” (Qs. Al-Baqarah)

Orang yang berkeyakinan salah, hidupnya tidak akan terarah, dan ia otomatis akan senantiasa merasa resah, gelisah, gundah, dan nyaris tak dapat merasakan kenikmatan hidup secara lumrah. Kenapa? Karena ia bergantung pada tali yang rapuh, yakni keyakinan sesat tersebut. Oleh sebab itu, Nabi 16, pernah menegaskan, “Barang siapa yang memakai kalung azimat, maka ia telah berbuat syirik “Dalam riwayat lain, “Maka ia akan digantungkan pada azimat tersebut.” (Riwayat Abu Dawud)

Orang yang mengenakan azimat, berarti telah berbuat kemusyrikan. Karena itu, ia akan bergantung objek di mana ia mengalamatkan kemusyrikannya itu. la akan selalu bergantung pada keampuhan jimatnya tersebut. Bila kehilangan benda itu, atau pergi tanpa membawanya, ia akan merasa begitu lemah dan tidak memiliki kekuatan apa-apa. Itulah sebabnya, seorang musyrik akan senantiasa hidup dalam kegamangan. Dalam bahasa Arab disebut taa-ih, yaitu orang yang hidup tidak menentu, senantiasa merasa lemah, mudah putus asa dan merasa dibuntuti hal-hal yang membuatnya selalu merasa takut. Itulah, kenapa kemusyrikan senantiasa membuat seseorang semakin bodoh dan lemah.

Persoalannya, kemusyrikan memang didasari pada keyakinan. Maka, mari kita cermati bersama persoalan yang sedang ukhti hadapi, berdasarkan telaah ilmiah sederhana.

Saya ingin selalu menegaskan, bahwa sangatlah sederhana metoda mengenali apakah sebuah keyakinan atau perbuatan itu dapat dikategorikan musyrik atau bukan.

Menurut Syekh Muhammad Shalih Al-Utsaimin rahimahullah, cukup dipertanyakan dua hal saja:

Pertama, Apakah keyakinan atau perbuatan itu ada dasarnya dari syariat atau tidak?

Kedua, Apakah keyakinan atau perbuatan tersebut bermuatan ilmiah murni atau bukan?

Artinya, apabila sebuah keyakinan atau perbuatan dasarnya adalah syariat, meski menurut akal kita tidaklah logis, harus diterima. Seperti tata cara shalat, atau keyakinan akan datangnya Dajjal dan Imam Mahdi, tentang Surga dan Neraka, dan seterusnya. Semua itu ada dasarnya dari al-Quran dan hadits-hadits shahih, maka tidak perlu dipertanyakan. Kesemuanya adalah benar dan absah adanya.

Kemudian, kalau sebuah perbuatan atau keyakinan tidak ada penjelasannya dalam syariat, tapi ada alasannya secara ilmiah dan itu terkait dengan hal keduniaan—, maka hukumnya mubah-mubah saja. Seperti keyakinan bahwa akan turun hujan, karena cuaca mendung. Keyakinan itu bisa saja kemudian keliru, karena prediksi ilmiah kita yang tidak tepat, atau ada hal-hal ilmiah lain yang menghalanginya. Demikian juga bila kita menaburi sekeliling rumah kita dengan garam, dan kita yakin secara ilmiah bahwa binatang serangga takut menghadapi garam, maka itu pun diperbolehkan.

Namun, kalau sebuah keyakinan tidak ada dasarnya dalam syariat, kemudian secara ilmiah juga tidak bisa dibuktikan kebenarannya, maka itu termasuk keyakinan atau perbuatan musyrik.

Misalnya, ramalan bintang. Dasarnya dalam syariat jelas tidak ada. Kemudian, relevansi ilmiahnya juga tidak ada. Itu murni hanya didasari oleh keyakinan semata. Karena tidak ada kaitan antara kejadian tertentu, terhadap nasib seseorang. Kalau bintang jatuh, atau berada di lokasi tertentu, berarti nasib seseorang akan begini dan begitu. Seperti ditegaskan dalam hadits Al-Bukhari, terkait dengan gerhana bulan, “Janganlah kalian menyangkutpautkan kejadian ini dengan matinya atau lahirnya seseorang. Gerhana termasuksalah satu tanda kekuasaan Allah semata…

Maka, letak kemusyrikan pada ramalan bintang itu adalah pada ramalannya, dan pada keyakinan, sugesti dan segala wujud perasaan yang berpangkal dari ramalan tersebut.

Adanya sugesti itu berawal dari adanya keyakinan. Maka sugesti yang muncul karena ramalan bintang atau Zodiak adalah perasaan yang muncul dari keyakinan terhadapnya. Maka, itu termasuk batil, sesat, dan bagian dari kemusyrikan itu sendiri. Dan sudah tentu, itu termasuk bergantung pada selain Allah.

Lalu, bagaimana bila sebuah keyakinan sudah berakar kuat dalam hati? Bagaimana bila keyakinan itu salah, keliru dan sesat, tapi sudah terlanjur melekat kuat dalam hati? Bagaimana cara mengatasinya?

Keyakinan hanya bisa dilenyapkan dengan keyakinan. Keyakinan terhadap ramalan bintang itu hanya dapat dilenyapkan dengan keyakinan yang lebih besar terhadap Allah, terhadap segala kekuasaan dan kebenaran dari-Nya. Dan keyakinan terhadap Allah hanya dapat ditumbuhkembangkan dengan dua cara:

  1. ILMU
  2. IBADAH

Artinya, ukhti harus terus belajar dan belajar tentang tauhid, tentang berbagai ilmu-ilmu keislaman, serta menerapkan-nya dalam keseharian. Semua ilmu itu akan melahirkan keyakinan-keyakinan baru yang akan perlahan tapi pasti melenyapkan sisa-sisa keyakinan musyrik yang ada dalam hati.

Setelah itu, perbanyaklah ibadah. Karena banyaknya ibadah akan menumbuhlestari-kan iman dalam dada, memupuknya dan menyemainya hingga mengakar kuat dalam hati. Keyakinan yang muncul dari berbagai ilmu yang dipelajari, akan semakin mengakar kuat dengan banyaknya ibadah. Tentu, ibadah yang benar dan sesuai aturan syariat.

Selalulah berdoa agar selamat dari perbuatan musyrik, baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Baik yang diketahui ilmunya maupun yang tidak diketahui ilmunya. Baik syirikashgarmaupun syirikakbar.

Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam sendiri kerap berdoa,

Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari mempersekutukan-Mu padahal aku mengetahui bahwa itu syirik, Dan ampunilah aku terhadap dosa yang tidak aku ketahui.” (Riwayat Ahmad)

Orang yang terkena panas iblis, atau panah asmara jahiliyyah, selain diperintahkan banyak berdoa dan berdzikir, juga harus berusaha melupakan objek asmaranya. Bila perlu, menghindarinya sebisa mungkin. Begitu pula orang yang ingin menyelamatkan diri dari kemusyrikan, harus menghindari berbagai hal yang bisa menumbuhkan kembali kepercayaan laknat itu. Maka, tak perlu menanyakan secara khusus tanggal, bulan dan tahun lahirnya, karena itu bisa menjadi sebab ukhti terjebak dalam keyakinan yang keliru, meski pada hakikatnya ukhti menolak dan enggan memercayainya.

Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahulullah mengatakan “Kemusyrikan kecil adalah sarana yang dapat menghantarkan seseorang pada kemusyrikan besar.”

Bila kebiasaan menanyakan tanggal, bulan dan tahun lahir itu kerap memunculkan keyakinan musyrik, maka perbuatan itu bisa masuk kategori syirik ashghar atau kemusyrikan kecil bagi pelakunya.

Keyakinan yang salah, karena didasari kebatilan seperti ramalan bintang itu, bisa saja menyebabkan seseorang kehilangan banyak hal yang bermanfaat baginya. Bukan hanya kehidupan Surga yang pasti hilang karenanya, tapi juga kepentingan-kepentingan duniawi, termasuk kebahagiaan rumah tangga, dan termasuk di antara pilarnya, hilangnya cinta kasih terhadap pasangan.

Sebelum seseorang berusaha keras untuk mengenyahkan sisa-sisa kemusyrikan dalam dirinya, maka ia akan terus berada dalam kepenatan hidup. la akan sulit mencintai pasangannya karena Allah, karena antara dirinya dengan Allah, atas hijab pemisah yang amat tebal. Maka, berupayalah belajar dan memperbanyak ibadah, serta selalu mengusir setiap kali ada perasaan mengendap dalam hati yang membujuk ukhti untuk kembali meyakini hal-hal yang sesat seperti itu. Dengan izin Allah, semuanya akan sirna, dan ukhti akan memiliki keyakinan yang bersih dari noda-noda gelap yang dapat mengotorinya.

Wallahul muwaffiq.

Penulis: Ustadz Abu Umar Basyir
Artikel AbuUmar.com

Dipublikasikan oleh: KonsultasiSyariah.Com

🔍 Niat Puasa Manten, Maaf Sebelum Ramadhan, Sholat Yang Bisa Dijamak, Larangan Di Hari Tasyrik, Artikel Islam Tentang Wanita, Azab Merebut Suami Orang

 

Flashdisk Video Cara Shalat dan Bacaan Shalat

KLIK GAMBAR UNTUK MEMBELI FLASHDISK VIDEO CARA SHOLAT, ATAU HUBUNGI: +62813 26 3333 28


Artikel asli: https://konsultasisyariah.com/2037-hantu-zodiak.html